AKSARA, sebuah unit kajian literasi di Masjid Salman ITB.
Sejarah kegiatan kepenulisan, literasi, media dan jurnalistik di Salman sebenarnya dimulai jauh sebelum Masjid Salman ITB berdiri. Pada tahun 2003, selain unit SKAU (Salman Komunikasi Aspirasi Ummat) yang sejak 2001 lebih fokus pada kegiatan pengkajian, di Salman berdiri unit kepenulisan/penerbitan baru. Unit tersebut adalah SMC (Salman Media Center). Unit ini berstatus UPT (Unit Pelayanan Teknis) yang berada di bawah Bidang Dakwah dan Pelayanan Jamaah. Bidang ini sendiri dipimpin oleh Syamril Al-Bugisyi sebagai manajer. Ketua pertama UPT Salman Media Centre adalah Rezha Rochadi (Teknik Kimia ITB'98) dengan kru Yuti Ariani (MA ITB'01) dan Diar Herawati Munawar (FA ITB '00). Ketiganya adalah awak SKAU.
UPT SMC ini menerbitkan buletin Jumat yang diberi nama "Khabar". Khabar terbit dengan format ukuran A4 lipat dua (4 halaman A5), kertas HVS 80 gr, dan B/W. Khabar sebenarnya ditujukan sebagai media komunikasi bagi jamaah Salman. Akan tetapi karena tujuan tersebut dianggap kurang terpenuhi oleh YPM Salman ITB, maka buletin Khabar dihentikan penerbitannya. SMC pun dibekukan.
Kemudian, pada awal tahun 2004, SMC dihidupkan kembali atas usulan dan proposal program dari Bayu Syerli Rachmat (Kriya Tekstil ITB 2000) dan Roil Bilad (Teknik Kimia ITB 2000). Kedua aktivis ini mengusulkan penerbitan Majalah Salman lengkap dengan business plan-nya kepada Manajer Bidang Dakwah dan Pelayanan Jamaah (Syamril). Business plan ini kemudian disetujui oleh Salman untuk dibiayai lewat dana ZIS yang dikumpulkan LWZ (Lembaga Wakaf Zakat) Salman ITB. LWZ berharap sebagian majalah ini dapat disebarkan sebagai media komunikasi bagi para muzakkinya. Sisanya diharapkan dapat dijual di pasaran bebas.
SMC kemudian tumbuh menjadi organisasi yang lebih besar dengan merekrut aktivis SKAU dan aktivis/mahasiswa lain sebagai redaktur, tim marketing, layouter, sampai kepada litbang. Total krunya mencapai sekitar 15-20 orang. Produk utama SMC adalah Majalah Salman yang terbit sampai tujuh edisi (Maret-November 2004). Selain majalah, SMC kemudian juga menerbitkan buletin Jumat bernama "Kronika". Pemimpin redaksi Majalah Salman adalah Salim Rusli (Teknik Geofisika ITB'00), yang juga menjabat Ketua SKAU saat itu. Sedangkan pemred Kronika adalah Warastuti (FA ITB'01). Yuti Ariani kembali bergabung sebagai redaktur SMC jilid dua. Redaktur lain di antaranya adalah Muhammad Firman (BI'97, aktivis Karisma dan Asrama Putra Salman ITB), Ulfah Mardhiah (BI'03), Yustika Kurniati (EL'01) dll.
Pada praktiknya, Majalah Salman kemudian menemui berbagai kesulitan.
Di sisi keredaksian, para krunya yang hampir semuanya mahasiswa sebagian besar sedang menjalani semester akhir dan mengerjakan skripsi. Karena kesibukan tersebut, deadline penerbitan pernah mundur dari sebulan sekali menjadi dua bulan. Selain itu, konsep konten majalah tersebut belumlah jelas, dan sebagian besar berisi opini para redaktur maupun penulis kontributornya.
Di sisi pemasaran, para tim marketing juga belum bisa berbuat optimal. Selain faktor konten yang belum jelas warna dan arahnya, tim marketing juga belum menguasai medan maupun teknik pemasaran. Akibatnya, penagihan konsinyasi majalah sering terhambat bahkan ada penyalur yang mangkir sampai majalah ini berhenti terbit. Walaupun pemasaran tidak begitu berhasil, tim marketing sempat berhasil memperoleh satu-dua slot iklan untuk dipasang di majalah ini.
Setelah pergeseran SKAU dari organisasi penerbitan/jurnalistik menjadi organisasi pengkajian, SMC berhasil mengisi ruang kosong pembinaan kepenulisan di Salman ITB yang telah terjadi sejak 2001. Meski tidak banyak, Salman kembali didatangi mahasiswa-mahasiswa yang berminat belajar menulis atau mengirimkan tulisannya ke media majalah maupun buletin Jumat ini.
Setelah terbit tujuh edisi, beban subsidi majalah ini kemudian dinilai pengurus YPM Salman ITB terlalu besar (Rp 5 juta per edisi, total Rp 35 juta). Di sisi lain, majalah ini belum mampu mandiri. Karena itu, pada bulan Oktober 2004 (setelah penerbitan edisi terakhir Oktober-November), para kru SMC mulai dari Ketua UPT, Redaksi, Pemasaran, dan Litbang kemudian diajak bermusyawarah oleh Syamril selaku manajer yang membawahi SMC. Dalam musyawarah tersebut disampaikan bahwa YPM Salman ITB tidak lagi mampu mendanai penerbitan Majalah Salman maupun Kronika. Kru SMC dipersilakan memutuskan sendiri apakah akan membubarkan diri atau melanjutkan kegiatan.
Sebelumnya pada 13 Agustus 2004, unit SKAU secara resmi juga dibekukan oleh Pengurus YPM Salman ITB. Pembekuan ini diwujudkan dalam bentuk instruksi agar para awak SKAU mengosongkan ruangan sekretariat yang ditempatinya saat itu (sisi barat Gedung Kayu lt. 2). Alasan YPM membekukan SKAU saat itu adalah: (1) unit dinilai stagnan, kegiatannya sudah tereduksi menjadi sangat minimal sehingga kontribusinya kurang dalam pencapaian visi dan misi YPM Salman ITB; (2) unit kesulitan dalam merekrut anggota baru (kaderisasi); (3) salah satu kegiatan utama SKAU sebagai penerbitan telah bisa dilaksanakan oleh UPT SMC, uniknya penggerak kedua unit ini nyaris sama sehingga penggabungan menjadi salah satu pilihan; (4) karena itu amanah penggunaan ruangan menjadi tidak terpenuhi, padahal banyak kegiatan yang membutuhkan ruangan di Salman.
Awak SKAU yang tersisa saat itu adalah Salim Rusli, Alarif C.H.S. (Teknik Elektro ITB'00), Yuti Ariani, Ruliyanto Pribadi (IF ITB'98), Diar Herawati Munawar, Marina Silvia K. (TI ITB'01), dan Edith Sri Gantini (Psikologi Unpad'01). Meski organisasinya dibubarkan, masih ada semangat menulis dari para kru SMC maupun semangat berdiskusi di kalangan awak SKAU. Karena itu, mantan pemimpin redaksi Majalah Salman (Salim) dan salah seorang redakturnya (M. Firman) berinisiatif menginisiasi peleburan kedua organisasi tersebut.
Sekitar bulan September 2004, para mantan kru SMC dan awak SKAU berkumpul di sekretariat SMC. Dalam rapat tersebut, mereka sepakat menggabungkan kedua organisasi yang telah dibekukan/dibubarkan ini menjadi Aksara Salman ITB. Tujuan organisasi ini adalah menumbuhkan budaya dan semangat literasi di kalangan aktivis Salman ITB, dan melahirkan manusia-manusia pembelajar lewat kegiatan literasi. Sebagai ketua pertamanya adalah Salim Rusli, ketua terakhir SKAU dan mantan pemimpin redaksi Majalah Salman.
Sejumlah aktivis Aksara termasuk ketuanya kemudian menghadap Manajer Bidang Dakwah dan Pelayanan Jamaah (Syamril) untuk menyampaikan terbentuknya organisasi tersebut. Akhirnya, Manajemen Harian YPM Salman ITB meresmikan pendirian Aksara lewat Surat Keputusan pada 4 Oktober 2004, dalam bentuk UPT. Misi UPT ini sebagaimana tertuang dalam SK adalah: "menumbuhkan budaya dan mengasah kemampuan baca-pikir-dialog-tulis yang kritis melalui kegiatan bedah buku, diskusi tematik, diskusi buku fiksi, klub menulis dan newsletter."
Untuk memenuhi misi tersebut, YPM menugaskan Aksara mengelola kembali buletin Jumat Salman ITB yang baru. Buletin ini kembali diberi nama "Khabar" (seperti nama buletin Jumat pada SMC jilid I). Buletin Khabar jilid II ini disubsidi oleh YPM Salman ITB sebesar Rp 160 ribu per pekan. Spesifikasinya: dicetak di atas kertas HVS 80 gr, ukuran A3 lipat dua (empat halaman A4), dan monokrom (biru). Ada empat rubrik dalam buletin ini yaitu Telaah (opini berisi analisis tentang tema yang sedang aktual di masyarakat), Suara Aktivis (opini aktivis kampus maupun Salman ITB tentang suatu masalah), Lentera (tulisan insight/inspirasi), dan info kegiatan Salman ITB. Buletin Khabar rutin terbit setiap Jumat dari sejak Aksara berdiri sampai tahun 2007. Pada tahun 2007, subsidi YPM atas buletin ini kembali dicabut karena dianggap tulisan-tulisan yang muncul dalam buletin tersebut tidaklah mencerminkan opini YPM Salman ITB, dan lebih mencerminkan opini pribadi para aktivis Aksara.
YPM merasa perlu menerbitkan media komunikasi yang menampakkan kegiatan-kegiatan dan wajah YPM Salman ITB kepada publik. Karena itu, pada akhir 2007 YPM menerbitkan media Salman News yang dicetak eksklusif dengan ukuran custom (lipat tiga, total enam halaman dengan ukuran lebih besar sedikit dari B4), kertas art paper dan full colour. Media dwi bulanan ini memuat reportase singkat maupun mendalam kegiatan-kegiatan unit maupun lembaga di bawah YPM Salman ITB. Selain itu juga dimuat profil para tokoh pembina, pengurus dan manajemen YPM Salman ITB.
Media Salman News ini dikelola oleh LKM (Lembaga Komunikasi dan Media) yang telah berdiri sejak 2006. LKM berada di bawah Sekretaris Bidang Komunikasi dan Humas YPM Salman ITB, Drs. Budhiana Kartawijaya (saat itu Redaktur Opini HU Pikiran Rakyat, kini Pemimpin Redaksi PR). Selain media Salman News, LKM juga menginisiasi dan akhirnya mengelola website Salman ITB. Awalnya, situs Salman tersebut dinamai "Cybermosque", kemudian pada tahun 2008 berubah nama menjadi www.salmanitb.com. Pada 2010, media Salman baik dalam bentuk buletin maupun website dikelola di bawah Divisi Pengkajian dan Penerbitan Salman ITB yang juga diketuai oleh Drs. Budhiana Kartawijaya.
Akan halnya Aksara, meskipun subsidi penerbitan Khabar dicabut pada 2007, para aktivisnya tetap berusaha melakukan kegiatan pengkaderan kepenulisan. Akan tetapi karena tiadanya media untuk menyalurkan tulisan mereka, setelah masa kepengurusan Iqbal Eras Putra (T. Geologi ITB'05), Aksara vakum dari kegiatan. Unit Aksara baru dihidupkan kembali pada tahun 2009 setelah pelaksanaan pelatihan CRAYON (Create Your Own News). Pelatihan yang mengusung semangat jurnalisme kewargaan (citizen journalism) terutama lewat media blog ini, mulai berlangsung pada Februari-Maret 2008. Gelombang keduanya dilaksanakan pada Maret-April 2009.
Setelah pelatihan ini, para pesertanya merasa membutuhkan komunitas untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan menulisnya. Irfan Habibie Martanegara (Teknik Kimia ITB'04) yang juga aktif di Aksara sejak 2006, kemudian mengajak sejumlah peserta CRAYON untuk membuat website bersama, yang akhirnya berujung pada dihidupkannya kembali Aksara Salman ITB.
Kini, Aksara Salman ITB tetap berkecimpung pada kegiatan pengembangan budaya literasi. Aktivitasnya mencakup diskusi buku pekanan (MAjelis BUKu), bincang buku bulanan, dan diskusi film (MAjelis FIlm Ahad). Hasil-hasil resume dan resensi kegiatan tersebut disalurkan lewat website Salman ITB. Ada yang langsung sebagai artikel di situs induknya, ataupun di-posting di situs aksara.salmanitb.com.
Selain lewat website, tulisan-tulisan anggota Aksara juga dimuat dalam "Minimagz" yang mereka buat. Minimagz ini berupa majalah saku (ukuran muka A6) setebal 12 halaman. Pemimpin redaksi pertama minimagz yang terbit pada 2011 ini adalah Tristia Riskawati (Jurnalistik Unpad'09). Ketua Aksara saat itu adalah Sunarko Dardjono (Teknik Sipil ITB'08). Minimagz ini sebagian dibiayai lewat swadaya anggota Aksara, dan sebagian lagi lewat subsidi per semester yang diberikan kepada setiap unit kegiatan Salman ITB.
*****************************************
Sebagaimana telah disinggung di atas, media resmi Salman ITB tidak lagi dikelola oleh aktivis mahasiswa, akan tetapi berada di bawah Divisi Pengkajian dan Penerbitan Salman ITB. Divisi ini sebenarnya adalah peleburan dari LKM, LPI (Lembaga Pengkajian Islam), LPS (Lembaga Penerbitan Salman) dan LPES (Lembaga Pengkajian Ekonomi Syariah).
Media resmi berbentuk cetak yaitu Salman News, terbit selama tahun 2007-2010. Karena formatnya yang eksklusif, beban biaya cetaknya kemudian dianggap terlalu besar. Karena itu Salman News sempat dihentikan penerbitannya pada pertengahan 2010. Media ini kembali diterbitkan pada Mei 2012 dengan format yang lebih sederhana (8-12 halaman A5, kertas HVS 100 gr, 4 hal FC, sisanya B/W). Salman News versi dua ini terbit sebulan sekali.
Selain Salman News, media cetak lain yang diterbitkan oleh Salman lewat Divisi Pengkajian dan Penerbitan adalah buletin Jumat Misykat. Buletin ini terbit sejak Oktober 2010 dan utamanya berisi resume hasil Diskusi Tafsir Ilmiah Salman ITB. Misykat telah terbit hingga 80 edisi. Diskusi pekanan ini adalah salah satu program utama Divisi Pengkajian dan Penerbitan. Dalam diskusi ini ayat-ayat Al-Qur'an yang dianggap mengandung isyarat ilmiah coba ditafsirkan dari dua sudut pandang: sains dan tafsir klasik (kebahasaan, sejarah, sirah, dll.). Sampai tahun 2012, diskusi ini fokus mengkaji isyarat-isyarat ilmiah dalam Juz 'Amma. Rencananya, pada semester II 2012 kajian akan dilanjutkan dengan pembahasan tematik isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur'an. [salim]
Source: https://www.facebook.com/notes/salim-rusli/darimana-aksara-salman-itb-bermula/10152677795290190
UPT SMC ini menerbitkan buletin Jumat yang diberi nama "Khabar". Khabar terbit dengan format ukuran A4 lipat dua (4 halaman A5), kertas HVS 80 gr, dan B/W. Khabar sebenarnya ditujukan sebagai media komunikasi bagi jamaah Salman. Akan tetapi karena tujuan tersebut dianggap kurang terpenuhi oleh YPM Salman ITB, maka buletin Khabar dihentikan penerbitannya. SMC pun dibekukan.
Kemudian, pada awal tahun 2004, SMC dihidupkan kembali atas usulan dan proposal program dari Bayu Syerli Rachmat (Kriya Tekstil ITB 2000) dan Roil Bilad (Teknik Kimia ITB 2000). Kedua aktivis ini mengusulkan penerbitan Majalah Salman lengkap dengan business plan-nya kepada Manajer Bidang Dakwah dan Pelayanan Jamaah (Syamril). Business plan ini kemudian disetujui oleh Salman untuk dibiayai lewat dana ZIS yang dikumpulkan LWZ (Lembaga Wakaf Zakat) Salman ITB. LWZ berharap sebagian majalah ini dapat disebarkan sebagai media komunikasi bagi para muzakkinya. Sisanya diharapkan dapat dijual di pasaran bebas.
SMC kemudian tumbuh menjadi organisasi yang lebih besar dengan merekrut aktivis SKAU dan aktivis/mahasiswa lain sebagai redaktur, tim marketing, layouter, sampai kepada litbang. Total krunya mencapai sekitar 15-20 orang. Produk utama SMC adalah Majalah Salman yang terbit sampai tujuh edisi (Maret-November 2004). Selain majalah, SMC kemudian juga menerbitkan buletin Jumat bernama "Kronika". Pemimpin redaksi Majalah Salman adalah Salim Rusli (Teknik Geofisika ITB'00), yang juga menjabat Ketua SKAU saat itu. Sedangkan pemred Kronika adalah Warastuti (FA ITB'01). Yuti Ariani kembali bergabung sebagai redaktur SMC jilid dua. Redaktur lain di antaranya adalah Muhammad Firman (BI'97, aktivis Karisma dan Asrama Putra Salman ITB), Ulfah Mardhiah (BI'03), Yustika Kurniati (EL'01) dll.
Pada praktiknya, Majalah Salman kemudian menemui berbagai kesulitan.
Di sisi keredaksian, para krunya yang hampir semuanya mahasiswa sebagian besar sedang menjalani semester akhir dan mengerjakan skripsi. Karena kesibukan tersebut, deadline penerbitan pernah mundur dari sebulan sekali menjadi dua bulan. Selain itu, konsep konten majalah tersebut belumlah jelas, dan sebagian besar berisi opini para redaktur maupun penulis kontributornya.
Di sisi pemasaran, para tim marketing juga belum bisa berbuat optimal. Selain faktor konten yang belum jelas warna dan arahnya, tim marketing juga belum menguasai medan maupun teknik pemasaran. Akibatnya, penagihan konsinyasi majalah sering terhambat bahkan ada penyalur yang mangkir sampai majalah ini berhenti terbit. Walaupun pemasaran tidak begitu berhasil, tim marketing sempat berhasil memperoleh satu-dua slot iklan untuk dipasang di majalah ini.
Setelah pergeseran SKAU dari organisasi penerbitan/jurnalistik menjadi organisasi pengkajian, SMC berhasil mengisi ruang kosong pembinaan kepenulisan di Salman ITB yang telah terjadi sejak 2001. Meski tidak banyak, Salman kembali didatangi mahasiswa-mahasiswa yang berminat belajar menulis atau mengirimkan tulisannya ke media majalah maupun buletin Jumat ini.
Setelah terbit tujuh edisi, beban subsidi majalah ini kemudian dinilai pengurus YPM Salman ITB terlalu besar (Rp 5 juta per edisi, total Rp 35 juta). Di sisi lain, majalah ini belum mampu mandiri. Karena itu, pada bulan Oktober 2004 (setelah penerbitan edisi terakhir Oktober-November), para kru SMC mulai dari Ketua UPT, Redaksi, Pemasaran, dan Litbang kemudian diajak bermusyawarah oleh Syamril selaku manajer yang membawahi SMC. Dalam musyawarah tersebut disampaikan bahwa YPM Salman ITB tidak lagi mampu mendanai penerbitan Majalah Salman maupun Kronika. Kru SMC dipersilakan memutuskan sendiri apakah akan membubarkan diri atau melanjutkan kegiatan.
Sebelumnya pada 13 Agustus 2004, unit SKAU secara resmi juga dibekukan oleh Pengurus YPM Salman ITB. Pembekuan ini diwujudkan dalam bentuk instruksi agar para awak SKAU mengosongkan ruangan sekretariat yang ditempatinya saat itu (sisi barat Gedung Kayu lt. 2). Alasan YPM membekukan SKAU saat itu adalah: (1) unit dinilai stagnan, kegiatannya sudah tereduksi menjadi sangat minimal sehingga kontribusinya kurang dalam pencapaian visi dan misi YPM Salman ITB; (2) unit kesulitan dalam merekrut anggota baru (kaderisasi); (3) salah satu kegiatan utama SKAU sebagai penerbitan telah bisa dilaksanakan oleh UPT SMC, uniknya penggerak kedua unit ini nyaris sama sehingga penggabungan menjadi salah satu pilihan; (4) karena itu amanah penggunaan ruangan menjadi tidak terpenuhi, padahal banyak kegiatan yang membutuhkan ruangan di Salman.
Awak SKAU yang tersisa saat itu adalah Salim Rusli, Alarif C.H.S. (Teknik Elektro ITB'00), Yuti Ariani, Ruliyanto Pribadi (IF ITB'98), Diar Herawati Munawar, Marina Silvia K. (TI ITB'01), dan Edith Sri Gantini (Psikologi Unpad'01). Meski organisasinya dibubarkan, masih ada semangat menulis dari para kru SMC maupun semangat berdiskusi di kalangan awak SKAU. Karena itu, mantan pemimpin redaksi Majalah Salman (Salim) dan salah seorang redakturnya (M. Firman) berinisiatif menginisiasi peleburan kedua organisasi tersebut.
Sekitar bulan September 2004, para mantan kru SMC dan awak SKAU berkumpul di sekretariat SMC. Dalam rapat tersebut, mereka sepakat menggabungkan kedua organisasi yang telah dibekukan/dibubarkan ini menjadi Aksara Salman ITB. Tujuan organisasi ini adalah menumbuhkan budaya dan semangat literasi di kalangan aktivis Salman ITB, dan melahirkan manusia-manusia pembelajar lewat kegiatan literasi. Sebagai ketua pertamanya adalah Salim Rusli, ketua terakhir SKAU dan mantan pemimpin redaksi Majalah Salman.
Sejumlah aktivis Aksara termasuk ketuanya kemudian menghadap Manajer Bidang Dakwah dan Pelayanan Jamaah (Syamril) untuk menyampaikan terbentuknya organisasi tersebut. Akhirnya, Manajemen Harian YPM Salman ITB meresmikan pendirian Aksara lewat Surat Keputusan pada 4 Oktober 2004, dalam bentuk UPT. Misi UPT ini sebagaimana tertuang dalam SK adalah: "menumbuhkan budaya dan mengasah kemampuan baca-pikir-dialog-tulis yang kritis melalui kegiatan bedah buku, diskusi tematik, diskusi buku fiksi, klub menulis dan newsletter."
Untuk memenuhi misi tersebut, YPM menugaskan Aksara mengelola kembali buletin Jumat Salman ITB yang baru. Buletin ini kembali diberi nama "Khabar" (seperti nama buletin Jumat pada SMC jilid I). Buletin Khabar jilid II ini disubsidi oleh YPM Salman ITB sebesar Rp 160 ribu per pekan. Spesifikasinya: dicetak di atas kertas HVS 80 gr, ukuran A3 lipat dua (empat halaman A4), dan monokrom (biru). Ada empat rubrik dalam buletin ini yaitu Telaah (opini berisi analisis tentang tema yang sedang aktual di masyarakat), Suara Aktivis (opini aktivis kampus maupun Salman ITB tentang suatu masalah), Lentera (tulisan insight/inspirasi), dan info kegiatan Salman ITB. Buletin Khabar rutin terbit setiap Jumat dari sejak Aksara berdiri sampai tahun 2007. Pada tahun 2007, subsidi YPM atas buletin ini kembali dicabut karena dianggap tulisan-tulisan yang muncul dalam buletin tersebut tidaklah mencerminkan opini YPM Salman ITB, dan lebih mencerminkan opini pribadi para aktivis Aksara.
YPM merasa perlu menerbitkan media komunikasi yang menampakkan kegiatan-kegiatan dan wajah YPM Salman ITB kepada publik. Karena itu, pada akhir 2007 YPM menerbitkan media Salman News yang dicetak eksklusif dengan ukuran custom (lipat tiga, total enam halaman dengan ukuran lebih besar sedikit dari B4), kertas art paper dan full colour. Media dwi bulanan ini memuat reportase singkat maupun mendalam kegiatan-kegiatan unit maupun lembaga di bawah YPM Salman ITB. Selain itu juga dimuat profil para tokoh pembina, pengurus dan manajemen YPM Salman ITB.
Media Salman News ini dikelola oleh LKM (Lembaga Komunikasi dan Media) yang telah berdiri sejak 2006. LKM berada di bawah Sekretaris Bidang Komunikasi dan Humas YPM Salman ITB, Drs. Budhiana Kartawijaya (saat itu Redaktur Opini HU Pikiran Rakyat, kini Pemimpin Redaksi PR). Selain media Salman News, LKM juga menginisiasi dan akhirnya mengelola website Salman ITB. Awalnya, situs Salman tersebut dinamai "Cybermosque", kemudian pada tahun 2008 berubah nama menjadi www.salmanitb.com. Pada 2010, media Salman baik dalam bentuk buletin maupun website dikelola di bawah Divisi Pengkajian dan Penerbitan Salman ITB yang juga diketuai oleh Drs. Budhiana Kartawijaya.
Akan halnya Aksara, meskipun subsidi penerbitan Khabar dicabut pada 2007, para aktivisnya tetap berusaha melakukan kegiatan pengkaderan kepenulisan. Akan tetapi karena tiadanya media untuk menyalurkan tulisan mereka, setelah masa kepengurusan Iqbal Eras Putra (T. Geologi ITB'05), Aksara vakum dari kegiatan. Unit Aksara baru dihidupkan kembali pada tahun 2009 setelah pelaksanaan pelatihan CRAYON (Create Your Own News). Pelatihan yang mengusung semangat jurnalisme kewargaan (citizen journalism) terutama lewat media blog ini, mulai berlangsung pada Februari-Maret 2008. Gelombang keduanya dilaksanakan pada Maret-April 2009.
Setelah pelatihan ini, para pesertanya merasa membutuhkan komunitas untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan menulisnya. Irfan Habibie Martanegara (Teknik Kimia ITB'04) yang juga aktif di Aksara sejak 2006, kemudian mengajak sejumlah peserta CRAYON untuk membuat website bersama, yang akhirnya berujung pada dihidupkannya kembali Aksara Salman ITB.
Kini, Aksara Salman ITB tetap berkecimpung pada kegiatan pengembangan budaya literasi. Aktivitasnya mencakup diskusi buku pekanan (MAjelis BUKu), bincang buku bulanan, dan diskusi film (MAjelis FIlm Ahad). Hasil-hasil resume dan resensi kegiatan tersebut disalurkan lewat website Salman ITB. Ada yang langsung sebagai artikel di situs induknya, ataupun di-posting di situs aksara.salmanitb.com.
Selain lewat website, tulisan-tulisan anggota Aksara juga dimuat dalam "Minimagz" yang mereka buat. Minimagz ini berupa majalah saku (ukuran muka A6) setebal 12 halaman. Pemimpin redaksi pertama minimagz yang terbit pada 2011 ini adalah Tristia Riskawati (Jurnalistik Unpad'09). Ketua Aksara saat itu adalah Sunarko Dardjono (Teknik Sipil ITB'08). Minimagz ini sebagian dibiayai lewat swadaya anggota Aksara, dan sebagian lagi lewat subsidi per semester yang diberikan kepada setiap unit kegiatan Salman ITB.
*****************************************
Sebagaimana telah disinggung di atas, media resmi Salman ITB tidak lagi dikelola oleh aktivis mahasiswa, akan tetapi berada di bawah Divisi Pengkajian dan Penerbitan Salman ITB. Divisi ini sebenarnya adalah peleburan dari LKM, LPI (Lembaga Pengkajian Islam), LPS (Lembaga Penerbitan Salman) dan LPES (Lembaga Pengkajian Ekonomi Syariah).
Media resmi berbentuk cetak yaitu Salman News, terbit selama tahun 2007-2010. Karena formatnya yang eksklusif, beban biaya cetaknya kemudian dianggap terlalu besar. Karena itu Salman News sempat dihentikan penerbitannya pada pertengahan 2010. Media ini kembali diterbitkan pada Mei 2012 dengan format yang lebih sederhana (8-12 halaman A5, kertas HVS 100 gr, 4 hal FC, sisanya B/W). Salman News versi dua ini terbit sebulan sekali.
Selain Salman News, media cetak lain yang diterbitkan oleh Salman lewat Divisi Pengkajian dan Penerbitan adalah buletin Jumat Misykat. Buletin ini terbit sejak Oktober 2010 dan utamanya berisi resume hasil Diskusi Tafsir Ilmiah Salman ITB. Misykat telah terbit hingga 80 edisi. Diskusi pekanan ini adalah salah satu program utama Divisi Pengkajian dan Penerbitan. Dalam diskusi ini ayat-ayat Al-Qur'an yang dianggap mengandung isyarat ilmiah coba ditafsirkan dari dua sudut pandang: sains dan tafsir klasik (kebahasaan, sejarah, sirah, dll.). Sampai tahun 2012, diskusi ini fokus mengkaji isyarat-isyarat ilmiah dalam Juz 'Amma. Rencananya, pada semester II 2012 kajian akan dilanjutkan dengan pembahasan tematik isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur'an. [salim]
Source: https://www.facebook.com/notes/salim-rusli/darimana-aksara-salman-itb-bermula/10152677795290190